Kamis, 12 Mei 2016

Makalah Sejarah Pendidikan Islam (Pendidikan Islam Masa Bani Abasiyah)



Pendidikan Islam Masa Bani Abbasiyah
MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah 

"Sejarah Pendidikan Islam" 

Dosen Pembimbing
Yoga Sari Prabowo, M.Pd.I


Disusun Oleh : Kelompok 5
Supriati
20154711045

PAI A-SMT 2



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGAGUNG
MARET 2016





KATA PENGANTAR


Berkat rahmad dan hidayah dari Allah Swt. Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul ”Sejarah Pendidikan Islam”: Pendidikan Islam Masa Bani Abbasiyah. Dalam menyusun makalah ini, syukur Alhamdulillah penulis tidak menjumpai hambatan atau masalah yang serius. Semua itu berkat fasilitas yang telah diberikan oleh lembaga baik berupa perpustakaan maupun sarana dan prasarana yang lain. Oleh sebab itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1.      Nurul Amin, M.Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Tulungagung
2.      Yoga Sari Prabowo, M.Pd.I selaku dosen pembimbing
3.   Teman-teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah
 Penulis menyadari betul bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Disamping itu, penulis juga berharap semoga materi yang dipaparkan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penuliskhususnya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          Tulungagung, 2 Maret 2016
                                


                                                                                            Penulis






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................... ................................ 1
C.     Tujuan Pembahasan.......................................................................................... 1

 BAB II  PEMBAHASAN
A.    Sejarah berdirinya dan perkembangan islam masa Bani Abbasiyah..................... 2
B. Periodesasi masa Bani Abbasiyah.......................................................................4
C. Tujuan tingkat pengajaran dan tokoh-tokoh pendidikan islam Bani Abbasiya........6
         
        BAB III PENUTUP                 

  Kesimpulan ...................................................................................................... ....11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan daulah Bani Umayah yang telah runtuh di Damaskus, dinamakan kekhalifahan Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa daulah ini adalah keturunan Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti ini berkuasa selama lebih kurang lima setengah abad, mulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M. Dengan pusat pemerintahan di kota Bagdad. Selama pemerintahan Bani Abbasiyah, banyak bidang pendidikan agama maupun bidang pendidikan umum yang muncul beserta tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan pendidikan tersebut. Pendidikan islam yang sangat berkembang pada masa Bani Abbasiyah yaitu pada pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahannya pendidikan islam sangat berkembang pesat sehingga banyak ilmu-ilmu baru yang sampai saat ini terus dikembangkan, misalnya dalam ilmu umum diantaranya bidang filsafat, astronomi, kedokteran, matematika, dan lain-lain. Juga dalam ilmu agama diantaranya tafsir, kalam, tasawuf, dan lain-lain. Dalam makalah ini akan membahas mengenai kemajuan-kemajuan pendidikan yang dicapai pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah. 

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya dan perkembangan pendidikan islam masa bani Abbasiyah?
2.      Bagaimana periodesasi masa bani Abbasiyah?
3.      Apa tujuan, bagaimana tingkat-tingkat pengajarannya, dan siapa tokoh-tokoh pendidikan islam  masa bani Abbasiyah?
C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk menjelaskan berdirinya dan perkembangan pendidikan islam masa bani Abbasiyah.
2.      Untuk menjelaskan bagaimana periodesasi masa bani Abbasiyah.
3.      Untuk menjelaskan tujuan, tingkat pengajarannya, dan tokoh-tokoh pendidikan  islam masa bani Abbasiyah.
                                                                                                                                                                                   


BAB III
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Islam masa Bani Abbasiyah.
1.      Sejarah berdirinya Bani Abbasiyah  
Berdirinya daulah Abbasiyah diawali dengan dua strategi, yaitu:
a.       Sistim mencari pendukung dan penyebaran ide secara rahasia, hal ini berlangsung sejak akhir abad pertama hijrah yang bermarkas di Syam dan tempatnya di Alhamimah. Sistim ini berakhir dengan bergabungnya Abu Muslim Al-Khurasani yang sepakat atas terbentuknya daulah Abbasiyah.
b.      Strategi kedua dilanjutkan dengan terang-terangan dan himbauan-himbauan di forum-forum resmi untuk mendirikan daulah Abbasiyah berlanjut dengan peperangan melawan daulah Umawiyah.
Berbagai teknis diterapkan oleh pengikut Muhammad Al-Abbasy, seperti sambil berdagang dan melaksanakan haji. Di balik itu terprogram bahwa mereka menyebarkan ide dan mencari pendukung terbentuknya daulah Abbasiyah. Faktor-faktor pendorong berdirinya daulah Abbasiyah dan penyebab suksesnya, yaitu sebagai berikut:
a.       Banyak terjadi perselisihan antara intern bani Umawiyah pada dekade akhir pemerintahannya hal ini diantara penyebabnya memperebutkan kursi kekhalifahan dan harta.
b.      Pendeknya masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan bani Umawiyah, seperti khalifah Yazid bin al-Walid lebih kurang memerintah sekitar 6 bulan
c.       Dijadikan putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang dikerjakan oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdullah dan Ubaidillah sebagai putra mahkota.
d.      Bergabungnya sebagian afrad keluarga umawi kepada madzab-madzab agama yang tidak benar menurut syariah, seperti Al-Qadariyah.
e.       Hilangnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan bani umawiyah.
f.       Kesombongan pembesar-pembesar bani Umawiyah pada akhir pemerintahannya.[1]
Selain itu sebab-sebab keberhasilan berdirinya bani Abbasiyah diantaranya:
a.       Solidaritas keluarga
Mereka menyadarkan umat islam bahwa bani Abbasiyah keluarga dekat Nabi Muhammad yang mengantarkan mereka ke tampuk kekuasaan, ini jelas karena nama bani Abbasiyah yang mereka tonjolkan ke permukaan.
b.      Karena lemahnya bani Umayyah
Disebabkan karena berbagai pemberontakan dari golongan khawarij, syi’ah, Ibnu Zubair dan bani Abba situ sendiri. Selain itu terjadi pertentangan antara suku Utara dan suku Arab Selatan. Termasuk juga terjadinya persaingan tidak sehat di kalangan keluarga bani Umayah karena tidak adanya peraturan tegas tentang pemindahan kekuasaan khalifah serta melemahnya jiwa kepribadian anak-anak khalifah bani Umayah.
c.       Bani Umayah bersifat arab sentries
Bani Umayah lebih mementingkan muslim yang berbangsa Arab, dan tidak menyamakan derajat bagi muslim yang bukan orang Arab, yang dinamainya dengan sebutan Mawali.
d.      Bani Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari kekuatan militer yang tumbuh luar biasa.[2]
2.      Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Masa Bani Abbasiyah
Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mum (813-833 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah, senang bershadaqah, sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ulama, senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena disamping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, Lebaga pendidikan dokter, dan Farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertanding.
B.     Periodesasi Masa Bani Abbasiyah
Masa daulah Abbasiyah adalah masa keemasan islam, atau sering disebut dengan istilah “ The Golden Age”. Pada masa itu umat islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini  kemudian yang melahirkan cendekiawan-cendekiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.[3]  
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi 5 periode:
1.      Periode Pertama (132-232 H/ 750-847 M)
Dimulai dari khalifah pertama Abul Abbas as-Saffah. Periode ini dikenal sebagai abad keemasan islam. Kekuasaan masih sepenuhnya berada di tangan para khalifah. Salah satu ciri yang paling menonjol pada periode ini adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban islam yang sangat pesat dimana waktu itu dunia barat berada pada kegelapgulitaan ilmu pengetahuan. Pada periode ini pemerintahan cenderung seperti pemerintahan Persia dimana raja mempunyai kekuasaan absolut yang mendapat mandate dari Tuhan. Khalifah yang memerintah pada periode ini popular, secara berurutan mereka adalah:
a.       As-Saffah 132-136 H/749-754 M
b.      Al-Mansur 136-158 H/754-775 M
c.       Al-Mahdi 158-169 H/775-785 M
d.      Al-Hadi 169-170 H/785-786 M
e.       Ar-Rasyid 170-193 H/786-809 M
f.       Al-Amin 193-198 H/809-813 M
g.      Al-Ma’mun 198-218 H/813-833 M
h.      Al-Mu’tashim 218-227 H/833-842 M
i.        Al-Watsiq 227-232 H/842-847 M
2.      Periode Kedua
Kekuasaan khalifah pada periode ini lebih banyak dikendalikan orang-orang Turki. Dengan bukti dibangunnya kota Samarra oleh Al-Mu’tasim. Pada periode ini pengaruh salaf sangat kuat sementara aliran Mu’tazilah mengalami kemunduran seiring dengan mulai ditinggalnya kebebasan berfikir. Para khalifah yang berkuasa  pada periode ini adalah:
a.       Al- Mutawakkil 232-247 H/847-861 M
b.      Al-Muntakhir 247-248 H/861-862 M
c.       Al-Musta’in 248-252 H/862-866 M
d.      Al-Mu’tazz 252-255 H/866-868 M
e.       Al-Muhtadi 255-256 H/868-869 M
f.       Al-Mu’tamid 256-279 H/869-892 M
g.      Al-Mu’tadhid 279-289 H/892-902 M
h.      Al-Muktafi 289-295 H/902-908 M
i.        Al-Muqtadir 295-320 H/908-932 M
j.        Al-Qahir 320-322 H/932-934 M
k.      Ar-Radi 322-329 H/934-940 M
l.        Al-Muttaqi 329-333 H/940-944 M
m.    Al-Muktakfi 333-334 H/944-945 M
3.      Periode Ketiga
Pengaruh keluarga Bani Buwaihi pada periode ini sangat menonjol. Banyak diantara mereka menjadi orang-orang kepercayaan khalifah. Ahmad bin Buwaih misalnya diangkat oleh khalifah Mustaakhi. Sedangkan para khalifah yang berkuasa mengikuti aliran sunni. Khalifah yang berkuasa saat ittu sebagai berikut:
a.       Al-Muktafie 944/9435 M
b.      Al-Mutik 334-363 H/945-973 M
c.       At-Ta’i 363-381 H/973-991 M
d.      Al-Qadir 381-422 H/991-1031 M
e.       Al-Qaim 422-467 H/1031-1070 M
4.      Periode Keempat
Bani saljuk dalam periode ini banyak berperan dalam pemerintahan. Kekuasaan Bani Saljuk berawal ketika penduduk Bagdad marah atas tindakan Jendral Arselan Basasieri yang memaksa rakyak Bagdad untuk menganut syiah dengan cara menahan khalifah Al—Qaim dan mengganti nama-nama khalifah Abbasiyah dengan nama-nama khalifah Fatimiah. Pada periode ini teerjadi perang Sabil, yakni perang antara umat islam melawan umat Nasrani dan Barat. Khalifah yang berkuasa pada periode ini diantaranya:
a.       Al-Muhtadie 467-487 H
b.      Al-Mustadzar 487-512 H
c.       Al-Murtasyid 512-529 H
d.      Al-Muktafie 529-530 H
e.       Al-Rasyid 530-555 H
f.       Al-Muktafie 555-566 H
5.      Periode Kelima
Setelah berakhirnya Mas’ud Bin Muhammad yang menghabisi kekuasaan Saljuk maka kekhalifahan Abbasiyah dikacau lagi dengan adanya kaum Khuarzamsyah dari Turki yang dulunya pembantu Saljuk yang kemudian menanamkan diri Atabeg (Bapak Raja/Amir). Berkuasanya kaum Khuarzamsyah di bawah kepemimpinan Sultan Alaudin Takash memaksa khalifah Nashir untuk mencari dukungan dari luar, dari bangsa Tartar-Mongol untuk menghancurkan lawan politiknya dan inilah yang menjadi kesalahan terbesar Abbasiyah, karena disamping menghancurkan Khuarzamsyah  bangsa Tartar juga memusnahkan Baghdad dan kota islam lainnya sehingga masa Hulagu khan cucu Jengis Khan Abbasiyah sudah habis riwayat.[4]
C.     Tujuan, Tingkat-tingkat Pengajaran dan Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Bani Abbasiyah
1.      Tujuan pendidikan pada masa Bani Abbasiyah
Pada masa Nabi masa khalifah Rasyidin dan Umayah, tujuan pendidikan satu saja, yaitu keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena Allah dan mengharap keridhoan-Nya. Namun pada masa Abbasiyah tujuan pendidikan itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu. Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Tujuan Keagamaan dan Akhlak
Sebagaimana pada masa sebelumnya, anak-anak dididik dan diajar membaca atau menghafal Al-Qur’an, ini merupakan suatu kewajiban dalam agama, supaya mereka mengikut ajaran agama dan berakhlak menurut agama.
b.      Tujuan Kemasyarakatan
Dari masyarakat yang penuh dengan kejahilan menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur menuju masyarakat yang maju dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu yang diajarkan di Madrasah bukan saja ilmu agama dan bahasa Arab, bahkan juga diajarkan ilmu duniawi yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat.
c.       Cinta akan Ilmu Pengetahuan
Masyarakat pada saat itu belajar tidak mengharapkan apa-apa selain dari pada memperdalam ilmu pengetahuan. Mereka merantau ke seluruh negeri islam untuk menuntut ilmu tanpa memperdulikan susah payah dalam perjalanan yang umumnya dilakukan dengan berjalan kaki atau mengendarai keledai.
d.      Tujuan Kebendaan
Pada masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan penghidupan yang layak dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau memungkinkan mendapat kemegahan dan kekuasaan di dunia ini.[5]
2.      Tingkat-tingkat Pengajaran
Pada masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat yaitu :
a.       Tingkat sekolah rendah, namanya Kuttab sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Disamping Kuttab ada pula anak-anak belajar di rumah, di istana, toko-toko dan di pinggir-pinggir pasar. Adapun pelajaran yang diajarkan meliputi: membaca Al-Qur’an dan menghafalnya, pokok-pokok ajaran islam, menulis, kisah orang-orang besar islam, membaca dan menghafal syair-syair atau prosa, berhitung, dan juga pokok-pokok nahwu shorof ala kadarnya.
b.      Tingkat sekolah menengah, yaitu di masjid dan majelis sastra dan ilmu pengetahuan sebagai sambungan pelajaran di Kuttab. Adapun pelajaran yang diajarkan meliputi: Al-Qur’an, bahasa Arab, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, shorof, ilmu pasti, Falaq, Sejarah, ilmu alam, kedokteran, dan juga music.
c.       Tingkat perguruan tinggi, seperti Baitul Hikmah di Bagdad dan Darul Ilmu di Mesir (Kairo), di masjid dan lain-lain. Pada tingkatan ini umumnya perguruan tinggi terdiri dari dua jurusan:
1)      Jurusan ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab serta kesastraannya. Ibnu Khaldun menamainya  ilmu itu dengan ilmu Naqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: Tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Nahwu, Sharaf dan juga Bahasa Arab.
2)      Jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat), Ibnu Khaldun menamainya dengan ilmu aqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: ilmu alam dan kimia, musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur, Falaq, Ilahiyah (ketuhanan), ilmu hewan, dan juga kedokteran.[6]
3.      Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Sejalan dengan perkembangan lembaga pendidikan, ilmu pengetahuan dan tradisi serta atmosfer akademik, maka pada zaman Abbasiyah ini ditandai pula dengan lahirnya para ilmuan yang sekaligus bertindak sebagai para guru. Diantara para ilmuan dan guru yang terkenal di zaman Abbasiyah adalah:
a.       Al-Razi (guru Ibnu Sina)
Ia berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang peengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling mashur adalah Al-Hawi Fi’Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara cacar dengan measles. Dia juga orang yang pertama menyusun buku mengenai kedokteran anak.
b.      Al-Battani (Al-Batenius)
Seorang astronomi, hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij.
c.       Al-Ya’qubi
Seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae.
d.      Al-Buzjani (Abul Wafa)
Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometrid an trigonometri).
e.       Ibn Sina
Ibn Sina adalah seorang maha guru dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat. Dengan karya-karyanya seperti al-Qanun fi al-Thibb (Ensiklopedi Kedokteran) sebanyak tiga jilid, al-Syifa dan Al-Najah.
f.       Ibn Miskawih
Ibn Miskawih adalah seorang guru dalam ilmu akhlak. Salah satu karyanya adalah Tahdzib al-Tahdzib.
g.      Ibn Jama’ah
Ibn Jama’ah adalah seorang guru dalam bidang ilmu fiqih dan akhlak, Tadzkirat al-Sa’mi lil Alim wa al-Muta’alim.
h.      Imam al-Juwaini
Imam al-Juwaini adalah seorang guru dalam bidang teologi pada Madrasah Nidzamiyah tempat Imam al-Ghazali menimba ilmu, karyanya berjudul al-Irsyad.
i.        Imam al-Ghazali
Imam al-Ghazali telah tampil sebagai maha guru di Madrasah Nidzamiyah, istana dan di masyarakat pada umumnya. Melalui karyanya yaitu Ihya’ Ulum al-Din sebanyak  tiga jilid, ia telah tampil sebagai guru dalam bidang Fiqih dan Tasawuf.
 Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan antara lain:
1.      Ilmu Umum
a.       Ilmu Filsafat
1)      Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
2)      Al-Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usai 80 tahun.
3)      Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H).
4)      Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5)      Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain.
6)      Al-Ghazali (1085-1101 M). Karangannya: Al Munqizh Minald-Dlalal, Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin dan lain-lain.
b.      Bidang Kedokteran
1)      Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2)      Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai penterjemah bahasa asing.
3)      Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c.       Bidang Matematika
1)      Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Bagdad.
2)      Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d.      Bidang Astronomi
Para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti:
1)      Al Farazi: Pencipta Astro lobe
2)      Al Gattani/Al Betagnius
3)      Abul wafat: menemukan jalan ketiga dari bulan
e.       Bidang Seni Ukir
Berapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni
musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan
2.      Ilmu Naqli
a.       Ilmu Tafsir
Para mafassirin yang termasyur: Ibnu Jarir Ath Tabari, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lan.
b.      Ilmu Hadist
Muncullah ahli-ahli hadists ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H), Abu Daud (wafat 275 H), At Tarmidzi, dan lain-lain.
c.       Ilmmu Kalam
Diantara para pelopor ini adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali
d.      Ilmu Tasawuf
Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah: Al Qusyairy (wafat 465 H) karangannya: Ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H) karangannnya: Awariful Ma’rifat, Imam Ghazali karangannya: al Bashut, al Wajiz dan lain lain [7]                                                                                                                                                                                                        

BAB III
KESIMPULAN

Dinasti Bani Abbasiyah terbentuk melalui proses perebutan kekuasaan Bani Umayah. Banyak sekali faktor pendorong yang memicu dalam terbentuknya dinasti Bani Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah tergolong yang paling lama berkuasa, yaitu mulai dari Abu al-Abbas Assafah di tahun 750 M sampai dengan Al-Mu’tashim di tahun1258 M. Dalam waktu selama lebih dari lima abad tersebut kepemimpinan dinasti Abbasiyah dipegang oleh lebih dari 37 khalifah. Masa pemerintahan bani Abbasiyah merupakan puncak perkembangan pendidikan islam di dunia. Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) Dan puteranya Al-Ma’mum (813-833 M). Pada masa Nabi, masa khalifah Rasyidin dan Umayah, tujuan pendidikan satu saja, yaitu keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena Allah dan mengharap keridhoan-Nya. Namun pada masa Abbasiyah tujuan pendidikan itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu.
Selama pemerintahan Abbasiyah, banyak bidang Pendidikan Agama maupun bidang pendidikan umum yang muncul beserta tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan pendidikan tersebut. Seperti Al-Razi, Al-Battani, Al-Ya’qubi, Al-Buzjani, Ibn Sina, dan masih banyak yang lainnya. Dari hasil Ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain ilmu umum dan ilmu naqli. Pada masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiridari beberapa tingkat, yaitu tingkat sekolah rendah, tingkat sekolah menengah, dan tingkat perguruan tinggi.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   


DAFTAR PUSTAKA

Fuadi Imam, Sejarah Peradaban Islam, Sleman Yogyakarta: Teras
            Abu Bakar Istianah, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Malang: UIN Malang Press